Kemarin

Surya mulai menyinari dan menghangatkan bumi yang semalam dingin. Mengiringi setiap jejak-jejak kehidupan dengan dibalut angin penyejuk. Mulai ku tuang panas air ke dalam cangkir yang berembun dengan butiran-butiran hitam kenikmatan. Lima kali ku putar searah jarum jam dengan lembut agar butiran hitam itu larut.

Terbesit sedikit rindu yang dulu pernah menumpuk hingga tak kuasa ku peluk. Sejenak berharap semua kembali sedia kala sebelum terjadi apa-apa yang membuatku kenapa. Hati selalu bertanya, namun logika tetap saja tidak menemukan jawab. Berbanting hati untuk merusak kisah, namun tetap saja tak tersirat.

Berguman suara lirih; “Sudahlah, penyesalan itu ada. Namun jangan terlalu sering menyesali.”“Ya. Hidupku bisa saja jauh lebih indah kedepan.”

“Kemarin adalah esok, dan esok adalah kemarin.” – duaenam

Tinggalkan komentar